Selasa, 15 Mei 2012

Pengendalian Virus Tungro Pada Tanaman Padi Sawah Di Kecamatan Padang Gelugur Kab. Pasaman


Kecamatan Padang Gelugur dengan luas sawahnya yang mencapai 3000 ha menjadikan daerah ini merupakan daerah sentra penghasil beras utama di Pasaman. Namun akhir-akhir ini terjadi penurunan produksi akibat berbagai faktor, salah satu yang utama adalah serangan penyakit virus tungro. Oleh karena itu maka perlu dipahami oleh petani sebab dan penularan virus ini serta upaya untuk mengendalikannya dilapangan.  Penyakit tungro disebabkan oleh dua jenis virus yaitu "Rice Tungro Bacilliform Virus" (RTBV) dan "Rice Tungro Spherical Virus" (RTSV). Penyakit ini disebabkan oleh wereng hijau (Nephotettix virescens) sebagai vektor (penular) utamanya. Menyerang pada fase pertumbuhan vegetatif dan menyebabkan tanaman tumbuh kerdil dan berkurangnya jumlah anakan.


Gejala Serangan Tungro

Pelepah dan helaian daun memendek dan daun yang terserang sering berwarna kuning sampai kuning-oranye. Daun muda sering berlurik atau strip berwarna hijau pucat sampai putih dengan panjang berbeda sejajar dengan tulang daun.

Gejala mulai dari ujung daun yang lebih tua. Daun menguning berkurang bila daun yang lebih tua terinfeksi.

Malai yang terserang jarang menghasilkan gabah, menjadi pendek dan steril atau hanya sebagian yang berisi dengan gabah yang berubah warna. Pembungaan dari tanaman yang terserang jadi tertunda dan pembentukan malai sering tidak sempurna.

 Pengendalian Virus Tungro

Penggunaan Varietas tahan.  Penggunaan varietas tahan seperti Tukad Unda merupakan cara terbaik untuk mengendalikan tungro. Pergiliran varietas padi, penting untuk mengurangi gangguan ketahanan.

 Pembajakan di bawah sisa tunggul yang terinfeksi. Hal ini dilakukan untuk mengurangi sumber penyakit dan menghancurkan telur dan tempat penetasan wereng hijau. Bajak segera setelah panen bila tanaman sebelum-nya terserang penyakit.

 Pengaturan persemaian.  Pada saat persemaian benih disebar paling cepat 5 hari setelah pengolahan tanah, mengingat virus tungro yang ada di tunggul padi dan tubuh wereng hijau telah hilang setelah periode waktu tersebut. 


Pada daerah kronis tungro, persemaian ditutup dengan kain kasa agar aman dari serangan wereng hijau atau sebelum melakukan penyebaran benih sebaiknya tanah diberi insktisida bahan aktif carbofuran (Curater) sebanyak 4 kg/500 m2 dengan cara dibenamkan bersamaan dengan pengolahan tanah.


Bibit sebaiknya tidak menggunakan dari daerah yang terdapat serangan tungro.  Bibit yang terinfeksi tungro harus dicabut dan kemudian dimusnahkan dengan cara dibenamkan ke dalam tanah.

Mengurangi pemencaran vektor (penular virus).   Kondisi air sawah tetap dijaga macak-macak, sebab sawah yang kering memicu pemencaran wereng hijau, sehingga memperluas penyebaran tungro.

 Perbaikan pola tanam.  Usahakan tanam serentak minimal pada luasan 20 ha dan menanam palawija di antara musim tanam padi atau menanam
palawija di pematang sebagai tempat berlindung musuh alami. Penanaman dengan cara legowo dua baris atau empat baris dapat menekan pemencaran wereng hijau sehingga mengurangi penularan tungro.
 Bera atau rotasi. Pertanaman padi terus-menerus akan meningkatkan populasi wereng hijau sehingga sulit mencegah infeksi tungro. Adanya periode bera atau tanam lain selain padi dapat mengurangi populasi wereng hijau dan infeksi tungro.
 Pemantauan ancaman saat tanaman muda.  Amati tanaman bergejala tungro. Apabila terdapat lima gejala penularan tungro dari 10.000 rumpun tanaman saat berumur 2 MST atau satu gejala tungro dari 1.000 rumpun tanaman saat berumur 3 MST maka tanaman terancam. Cabut tanaman bergejala segera lakukan pengendalian kuratif dengan insektisida in-organik
 Konservasi musuh alami dan pengendalian hayati.  Pengendalian tungro dengan insektisida nabati seperti Sambilata, Mimba, dan patogen serangga seperti Metharizium harus dilakukan dini sejak tanaman umur sejak di pesemaian dan diulang secara periodik minimal seminggu sekali sampai tanaman padi melewati fase peka infeksi (45 MST), sebab secara alamiah umumnya perkembangan musuh alami terlambat dibanding wereng hijau.
Penggunaan pupuk secara berimbang dan tidak berlebihan terutama pupuk urea
 Pengendalian kuratif dengan insektisida in-organik. Apabila berdasarkan hasil monitoring saat tanaman muda diketahui tanaman terancam, vektor perlu segera dikendalikan dengan insektisida-inorganik yang mempunyai kemampuan membunuh cepat seperti insektisida dengan bahan aktif imidacloprid (Winder), tiametoksan, etofenproks, atau karbofuran (Curater), BPMC (Baycarb)

Diposkan oleh : Agung NK, Penyuluh WKP Bahagia Padang Gelugur

4 komentar: